Beranda | Artikel
Hakikat Iman dan Hijrah - Surah Al-Baqarah 218
Senin, 27 Desember 2021

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Hakikat Iman dan Hijrah – Surah Al-Baqarah 218 adalah kajian tafsir Al-Quran yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Kajian ini beliau sampaikan di Masjid Al-Barkah, komplek studio Radio Rodja dan Rodja TV pada Selasa 17 Jumadil Awal 1443 H / 21 Desember 2021 M.

Kajian Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 218

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَٰئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللَّهِ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berhijrah dan berjihad dijalan Allah, merekalah orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah[2]: 218)

Iman dan hijrah

Iman secara bahasa artinya pembenaran yang berkonsekuensi kepada kepatuhan dan penerimaan. Adapun hijrah secara bahasa yaitu meninggalkan sesuatu. Sedangkan makna hijrah secara syariat ada dua; makna yang umum dan makna yang khusus.

Makna hijrah yang sifatnya umum yaitu meninggalkan semua yang Allah larang. Sebagaimana Nabi bersabda dalam hadits yang dikeluarkan Imam Bukhari dan Muslim:

الْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللهُ عَنْهُ

“Orang yang berhijrah itu adalah orang yang meninggalkan apa yang Allah larang.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Inilah hakikat hijrah. Kalau ada orang hijrah dari negeri kafir ke negeri Islam tapi tetap berbuat maksiat, maka dia tidak sesuai dengan tujuan hijrah. Karena tujuan hijrah itu adalah kita bisa meninggalkan maksiat yang Allah larang dan bisa merdeka dalam rangka beribadah kepada Allah.

Adapun hijrah yang bermakna khusus yaitu hijrahnya seseorang meninggalkan negerinya yang kafir yang dia tidak bisa bebas beribadah kepada Allah menuju negeri Islam yang dia bebas menegakkan agama Allah di sana. Hijrah yang seperti ini tetap berlaku sampai hari kiamat.

Bagaimana kalau misalnya ada orang yang tinggal di negeri kafir tapi dia bebas di sana untuk menjalankan syariat Allah, bebas tidak dilarang ibadah, tidak dilarang untuk menutup aurat, juga diberikan hak-haknya sebagai seorang muslim. Maka yang seperti ini boleh, tidak apa-apa jika memang aman dari fitnah. Adapun kalau di sana banyak fitnah, maka pada waktu itu hendaklah ia berhijrah ke negeri Islam yang benar-benar menegakkan agama Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Berjihad di jalan Allah

Berperang di jalan Allah harus ada padanya sarat-syarat yang harus dipenuhi. Adapun jihad itu sendiri telah kita sebutkan bahwa ia ada empat derajat, yaitu:

  1. Jihad melawan diri sendiri dengan cara menuntut ilmu Allah Subhanahu wa Ta’ala,
  2. Jihad melawan setan dengan cara mempelajari langkah-langkah setan untuk kita berhati-hati darinya,
  3. Jihad melawan orang-orang fasik dengan cara mendakwahi mereka agar mau kembali kepada Allah dan bertaubat.
  4. Adapun jihadul kuffar tergantung jenis kafirnya apa. Kalau kafirnya harbi (memerangi dan mengusir kaum muslimin dari negeri-negeri mereka), maka pada waktu itu kita jihadi dengan yang sama apabila memang kaum muslimin punya kemampuan. Adapun kalau itu bukan harbi maka dengan cara mendakwahi mereka kepada Islam agar masuk Islam.

Lihat juga: Enam Langkah Iblis dalam Menyesatkan Manusia

Mereka yang beriman, berhijrah dan berjihad, mereka itulah orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian Tentang Urutan Pertama Dalam Memberikan Infaq – Surah Al-Baqarah 215


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/51226-hakikat-iman-dan-hijrah-surah-al-baqarah-218/